TEBU MERAH
Siapa yang tidak mengenal tanaman tebu. Sebagai penghasil gula tebu yang dikenal mempunyai batang dengan rasa manis sangat disenangi masyarakat untuk dikonsumsi sehingga sering juga diolah menjadi minuman segar. Ternyata bukan hanya manis dan segar, tapi tebu juga berkhasiat untuk pengobatan.
Dahulu tebu telah digunakan sebagai salah satu tanaman obat tradisional seperti untuk meredakan jantung berdebar, meredakan sakit panas, dan batuk. Untuk kepentingan pengobatan ini, bagian tebu yang digunakan adalah akar dan batangnya yang manis.
Tebu termasuk dalam tanaman keluarga rumput-rumputan (Graminae). Namun ukurannya lumayan besar ketimbang jenis rumput ilalang yang dikenal setinggi empat meter. Bagian batangnya yang berbuku-buku adalah bagian yang memiliki serat kasar dan mengandung cairan yang manis.
Untuk pemanfaatan sebagai pengobatan, tebu yang digunakan adalah tebu hitam (jenis yang berwarna merah gelap). Seperti pembuatan ramuan untuk meredakan jantung berdebar adalah tiga genggam akar tebu hitam. Akar tebu tersebut dicuci dan direbus dengan dua gelas air sampai mendidih dan tersisa satu gelas. Rebusan ini diminum dua kali sehari.
Sementara untuk sakit panas, bahannya terdiri batang tebu hitam secukupnya. Batang tersebut diperas dan diambil airnya. Air tebu inilah yang diminum penderita. Lalu untuk penyembuhan batuk, digunakan 3-5 ruas tebu hitam. Tebu tersebut disesap dan diminum aimya. Atau tebu tersebut dibakar, kemudian dikupas dan diperas untuk diambil airnya.
Manfaat tebu untuk kesehatan ini sudah jarang dilakukan masyarakat seiring dengan perkembangan zaman. Kini masyarakat hanya mengetahui tebu sebagai penghasil gula yang sangat dibutuhkan untuk bahan pokok. Dan juga merasakan manisnya air tebu yang melegahkan dahaga.
"Tebu merah ini memang sangat dikenal masyarakat akan manfaat airnya yang sangat manis dan penghilang haus. Padahal manfaat bagi kesehatan sangat bagus dan dari jenis tebu lainnya yang juga banyak dikembangkan di berbagai daerah.
Kabupaten Karo, yang terletak di Propinsi Sumatera Utara tidak hanya dikenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan atau komoditas hortikultura lainnya. Tapi, di kota sejuk tersebut juga tumbuh subur tanaman tebu, yang merupakan bahan baku gula putih. Namun, tebu yang akan dibicarakan di sini bukan tebu biasa melainkan tebu merah yang banyak dikembangkan petani di Kota Berastagi.
Karena itu, kalau berkunjung ke Kota Brastagi, nikmatilah secangkir air tebu merah yang hanya dihargai Rp 2.500 per gelas. Pemandangan penjualan tebu manis itu memang selalu tampak di kota sejuk penghasil komoditas hortikultura terbesar di Sumut tersebut. Melihat potensi pasar dan kekhasan air tebu manis itu pun, membuat petani di Kabupaten Karo itu tidak menyia-yiakan kesempatan untuk mengembangkan tanaman tebu merah.
Petani tebu di Desa Beras Tepu Kecamatan Simpang Berastagi mengakui, mendapatkan penghasilan Rp 600.000 perbulan dari hanya penjualan tebu yang ditanamnya di luas lahan sekitar 7,5 rante atau 3.000 meter persegi. Dengan memiliki tanaman tebu sebanyak 400 batang, ia menjual tebu yang siap panen atau berusia satu tahun, sekitar Rp 1.500 hingga Rp 2.000 perbatang kepada para pedagang di daerah tersebut.
Mengembangkan berbagai komoditas tanaman di lahan pertanian miliknya mulai dari jagung, kentang, cabai, kol dan bermacam lainnya. Namun dengan alasan keuntungan yang didapat kurang memuaskan, ia pun memilih tanaman tebu merah.
Modal yang dibutuhkan pada tanaman tebu sangat sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung. Selain itu juga permintaan masih banyak sehingga omset terus memadai hingga pertanaman dapat terus dilakukan.
Jika terjadi pembelian tebu merah dari pemborong, tebu yang berkualitas besar dan panjang dua meter, bisa dihargai Rp 15.000 perikat atau sekitar 10 batang. Sedang kualitas kecil, tebu dijual dengan harga Rp12.000 perikat.
Selain itu, tanaman tebu masih bisa ditumpangsari dengan tanaman kopi dan cabai kecil sehingga ia masih memiliki keuntungan. Namun memang disayangkan, setelah adanya peristiwa erupsi Gunung Sinabung lima bulan yang lalu, kini hama merusak batang tebu itu mulai bermunculan, seperti daun pucuk yang mudah kering kemudian mati muda.
Hama yang menyerang tanaman tebu milik mereka pada saat ini, mereka sebut hama bala kering (nematode), ane-ane, bubur (semacam jamur).
Tanaman yang termasuk pada budidaya tanaman semusim ini terdapat berbagai jenis yakni berwarna merah gelap, merah terang, kuning terang, atau hijau kekuningan. Namun semua jenis tebu ini bisa tumbuh di daerah tropis terutama di iklim berudara sedang dan panas. Daerah tumbuhnya menyebar dari 1-1.300 meter di atas permukaan laut (m dpl).
Dalam klasifikasi ilmiah, tebu yang paling dikenal adalah Sacharumo. Tanaman yang berdaun panjang satu hingga dua meter dengan lebar empat dan delapan centimeter ini sengaja dibudidaya dan dikembangbiakkan untuk memenuhi industri gula di tanah air.
Tebu yang dihasilkan hampir setiap hari memenuhi para pedagang air tebu baik di Kota Berastagi maupun di kawasan Kota Medan dan sekitarnya, sehingga para petani tebu di dua desa ini sudah mengikat kontrak jual beli antara para petani tebu dan pedagang dari luar kota seperti pedagang asal Kota Medan.
Keuntungan menanam tebu merah juga dirasakan Marita beru Sitepu. Ia yang memulai dari lima tahun yang lalu bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 700 ribu per bulan.
Luas perkebunan tebuku hanya 2.000 meter per segi atau 300 batang. Tapi sudah sangat lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sebulannya.
Tanaman tebu hanya membutuhkan modal yang relatif murah berkisar Rp 300 ribu. Untuk mendapatkan tanaman berkualitas, petani harus rajin membersihkan lahan perladangan, setelah tumbuh memasuki usia 3 bulan baru diberikan pupuk urea dan kemudian di usia 7 sampai 8 bulan barulah bisa dilakukan pemotongan secara silih berganti, sehingga terjadilah pemotongan tebu rata-rata satu bulan sekali.
Untuk tanaman tumbuh dengan baik, disarankan tebu dikembangkan pada daerah beriklim panas dan lembab. Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang dan ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dari permukaan laut (dpl).
Tanaman tebu tidaklah sesulit merawat tanaman jagung dan sejenisnya, sehingga perlu untuk di kembangkan. Untuk tanaman tebu merah, cocoknya dikembangkan pada tanah yang bersifat kering-kering basah yakni curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Tanah tidak terlalu masam, pH di atas 6,4 dengan ketinggian kurang dari 500 m dpl.
Menanam tebu bisa menggunakan bibit yang terlebih dahulu bisa diseleksi di luar kebun dengan menanam berhimpitan agar jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
Bibit yang telah tumbuh, batangnya terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring. Jika bibit rayungan bermata dua, batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman sekitar satu centimeter.
"Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
Untuk bibit yang akan ditanam yakni bibit pucuk, batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan. Bibit pucuk bisa diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2 hingga 3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.
Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk juga tidak memerlukan banyak air.
Sedangkan bibit dari batang muda, menurutnya berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.
Satu hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar. Dan, agar tanaman dapat terus tumbuh baik,harus dilakukan penyiraman. Namun disarankan tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.
Proses kemasan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. "Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimal yakni berkisar usia 10 bulan hingga setahun."
Serangan Hama
Terhadap serangan hama, dalam beberapa bulan terakhir memang banyak. Hama menyerang tanaman tebu mulai dari akar sampai ke dalam batang, sehingga sulit untuk membasmi hama semacam nematode tersebut.
Segala jenis tanaman memiliki hama penyakit masing-masing. Namun setiap penyakit ada obatnya begitulah pemikiran para petani tebu di Desa Beras Tepu dan Kuta Tengah Kecamatan Simpang Empat ini. Dua desa penghasil tebu merah ini, sudah puluhan tahun penduduk setempat membudidayakan tanaman yang menghasilkan air manis.
Para petani tebu kini mulai mencari akal agar lepas dari serangan hama, sehingga bermacam upaya sudah mereka laukan, mulai dari insektisida dosis tinggi sampai fungisida nabati sudah mereka lakukan, namun belum memberikan hasil yang memuaskan dalam pembasmian hama tersebut.
Untuk menyambut kebutuhan para konsumen, para petani tidak pernah kehilangan akal, walau kondisi tanaman tebu sekarang banyak di serang hama, sejenis Nematoda dan bubur-bubur. "Tanaman yang bisa diolah menjadi gula atau minuman segar karena rasa kemanisan yang dikandung tanaman tebu tersebut banyak disenangi hama atau binatang semut sejenisnya."
Hal ini sudah berulang kali ditemukan para petani tebu tentang hama yang menyerang, namun belum juga dapat teratasi secara maksimal. Untuk itu Dinas Perkebunan Kabupaten Karo maupun Propinsi Sumatera Utara dapat meneliti hama yang menyerang tanaman tebu sekarang ini.
"Menanam tebu ini, kehidupan kami lebih baik karena kepercayaan agen pembeli kepada para petani untuk memberi pinjaman uang sebagai modal. Pembayaran utang bisa dilakukan dengan pemotongan dari hasil penjualan tebu."
Selain itu, hama penggerek pucuk dan batang juga sering dialami petani pada tanaman tebunya yang menyerang mulai umur 3 hingga 5 bulan. Belum lagi serangan hama tikus meskipun mengendalikannya bisa dilakukan dengan gropyokan, musuh alami yaitu ular, anjing atau burung hantu.
Comments